Asosiasi Televisi Kerakyatan Indonesia

Avatarmengembangkan lembaga penyiaran televisi yang memiliki ciri keberagaman pemilik (diversity of ownership) dan keberagaman isi siaran (diversity of content) sebagai wujud tercapainya kebijakan otonomi daerah dan regulasi kebebasan pers di Indonesia

“Belajar Bersama Memproduksi Bersama” ASTEKI di KALBAR


PONTIANAK 2 JUNI 2010
ASTEKI atau Asosiasi TV Kerakyatan Indonesia, menggelar kegiatan produksi bersama ASTEKI yang dipusatkan Hotel Santika Pontianak Kalimantan Barat, Selasa 1 Juni 2010. Secara resmi kegiatan ini dibuka oleh Rizdki R Sigit selaku Ketua Asteki. Kegiatan ini adalah program produksi bersama yang melibatkan beberapa anggota Asteki dari enam TV yang tersebar dibeberapa daerah Indonesia, beberapa content provider news dan beberapa NGO serta media lokal. Tujuannya agar dapat terus saling memperkuat jaringan serta memperkaya konten satu dengan yang lain baik sesama anggota Asteki maupun dengan lembaga diluar jaringan Asteki.

Direktur Oprasional Ruai TV, Yuventius Ivie menjelaskan bahwa kegiatan ini diharapkan agar informasi terkini terkait dengan kondisi lingkungan dan masyarakat di Kalbar dapat terinformasikan ke publik luas. Sehingga masyarakat dapat mengetahui kondisi lingkungan terkini yang terjadi di Kalbar. Saat ini kondisi lingkungan Kalbar semakin terancam akibat perluasan industri perkebunan sawit dan pertambangan yang tidak ramah lingkungan. Produksi bersama Asteki di provinsi Kalbar ini berencana akan memotret lebih jauh perkembangan REDD (Reduction Emission from forest Deforestation and Degradation) dan akibat dari dampak perubahan iklim yang terjadi dimasyarakat.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Hasim, perserta produksi bersama yang sengaja diutus oleh Badan Teritori Telapak bagian Riau. Rencananya ia akan membuka kantor berita diwilayahnya sepulag dari kegiatan ini dan bergabung dengan Asteki. Beliau bermaksud untuk lebih dapat menginformasikan tentang informasi kondisi terkini lingkungan kawasan Riau terlebih khususnya di kawasan Semenanjung Kampar yang semakin rusak akibat HPH untuk "pulp and paper "dan perkebunan sawit.

Tidak hanya hutan dan lingkungan yang semakin rusak, masyarakat asli daerah tersebut semakin lama semakin tidak dapat mengolah sumberdaya alam mereka karena kerusakan yang terjadi akibat perluasan industri seperti yang sedang terjadi di Riau saat ini. Dengan di informasikannya kondisi-kondisi yang terjadi seperti ini, Hasim mengharapkan terdapatnya perubahan kondisi lingkungan Riau menjadi semakin baik di kemudian hari, dengan keinginan masyarakat baik di Riau sendiri dan luar Riau yang terbangun melalui penyebaran informasi hal-hal yang terjadi di Riau.

Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan Kendari TV, Palu TV, Bengkulu TV, LBBT Kalbar, Gekko Studio Bogor, Kotapasir.com, Palangkaraya Kalteng, Swarawarga Jombang Jatim, Lembaga Canopy, Kalimantan Review, kotahujan.com, perwakilan Badan Teritori Telapak Riau kemudian LPS Air dan Flora dan Fauna Inodonesia atau FFI sebagai narasumber.

0 Komentar:

Posting Komentar

 

Admin Control Panel

New Post | Settings | Change Layout | Edit HTML | Moderate Comments | Sign Out